Namanya Saemo (nama yang kuberikan untuknya).
Siang itu : Kamis, 25
September 2014 pukul 13:05 saat memperbaiki motor disebuah
bengkel. Kulihat Saemo berlalu lalang dengan motornya. Saemo tengah sibuk
memindahkan damen (batang padi kering) dibelakang motornya. Dengan raut
wajah yang ceria dan tegak, ia tanpa malu membawa tumpukan gabah
tersebut untuk hewan ternak orang tuanya. Sementara para remaja diusianya
banyak disibukkan dengan memperbanyak CV pacar, nongkrong, modif-modif
motor, balap liar namun Saemo tampak tak memperdulikan apa yang jadi
trend para remaja diusianya.
Saemo mulai melakukan
kegiatan tersebut ketika sepulang sekolah. Dengan celana pendek, kaos
oblong lengan panjang dan topi biru bergambarkan logo salah satu partai
besar di Indonesia. Tanpa lelah ia bolak balik dari sawah ke rumah hingga
gabah yang menjadi tanggungannya habis ia pindahkan. Tak jarang
diperjalanan ketika ia membawa damen dimotornya ia berpapasan dengan
teman satu kelasnya, dengan ramah ia membalas semua sapaan
teman-temannya, meskipun ada satu dua tiga temannya yang sudah bertatap
muka tapi enggan untuk menyapanya, dan ia tetap tersenyum.
Saemo
adalah seorang remaja pria yang masih duduk dibangku kelas XI Madrasah
Aliyah di Rengel. Ia tinggal di daerah area pegunungan yang mayoritas
warga disana bekerja sebagai peternak dan petani musiman. Semakin lama
ketika Saemo terus-terusan lewat dihadapanku yang masih menunggu motor
diperbaiki. Rasanyaku ingin mencari kantung kresek hitam dan kupakaikan
dikepalaku. Malu rasanya melihat seorang anak muda yang lebih muda dariku
sudah memiliki jiwa petarung dan tak memiliki rasa gengsian. Ya, dia adalah Saemo, salah satu anak muda berkualitas.
Kamis, 13 April 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar